PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI
SULAWESI TENGGARA
MATA KULIAH
TEORI EKONOMI MAKRO INTERMEDITE
DISUSUN OLEH
MAKMUR SYAM
STAMBUK B2B1 14 005
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada awalnya, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 34 Tahun 1952 Sulawesi Tenggara merupakan satu Kabupaten, yaitu
Kab. Sulawesi Tenggara dengan ibu Kotanya Bau-Bau. Kab. Sulawesi Tenggara
tersebut meliputi wilayah-wilayah bekas Onder – Afdeling Boeton Laiwui serta
bekas Onder Afdeling Kolaka dan menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan
Tenggara dengan Pusat Pemerintahannya di Makassar ( Ujung Pandang ).
Selanjutnya dengan Undang-Undang No. 29 Tahun 1959 Kab. Sulawesi Tenggara
dimekarkan menjadi empat Kabupaten Daerah Tingkat II yaitu Kab. Buton Kab.
Muna, Kota Kendari dan Kab. Kolaka. Keempat Daerah Tingkat II tersebut
merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Jauhnya letak geografis kabaupaten tersebut
menyebabkan sulitnya komunikasi dan perhubungan keempat daerah tersebut dengan
pusat pemerintahan provinsi di Makassar. Disamping itu gangguan DI/TII pada
saat itu sangat menghambat pelaksanaan
tugas-tugas pembangunan utamanya dipedesaan. Daerah
Sulawesi Tenggara terdiri dari wilayah daratan dan kepulauan yang cukup luas,
mengandung berbagai hasil tambang yaitu aspal dan nikel, maupun sejumlah bahan
galian lainya. Demikian pula potensi lahan pertanian cukup potensial untuk
dikembangkan. Selain itu terdapat pula berbagai hasil hutan berupa rotan, damar
serta berbagai hasil hutan lainya.
Atas pertimbangan ini tokoh – tokoh masyarakat
Sulawesi Tenggara, membentuk Panitia Penuntut Daerah Otonom Tingkat I Sulawesi
Tenggara. Tugas Panitia tersebut adalah memperjuangkan pembentukan Daerah
Otonom Sulawesi Tenggara pada Pemerintah Pusat di Jakarta. Berkat Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa, cita-cita rakyat Sulawesi Tenggara tercapai dengan keluarnya
Perpu No. 2 Tahun 1964 Sulawesi Tenggara di tetapkan menjadi Daerah Otonom
Tingkat I dengan ibukotanya Kendari.
Realisasi pembentukan Daerah Tingkat I
Sulawesi Tenggara dilakukan pada tanggal 27 April 1964, yaitu pada waktu
dilakukannya serah terima wilayah kekuasaan dari Gubernur Kepala Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara, Kolonel Inf.A.A Rifai kepada Pejabat
Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, J. Wajong.Pada saat itu
Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara mulai berdiri sendiri terpisah dari
Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan. Oleh karena itu tanggal 27 April 1964
adalah hari lahirnya Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara yang setiap
tahun diperingati
Hingga saat ini Provinsi Sulawesi Tenggarah
meliputi 10 buah Kabupaten
(Kab.
Buton, Kab. Muna, Kab. Konawe, Kab. Kolaka, Kab. Konawe Selatan, Kab. Bombana,
Kab. Wakatobi, Kab. Kolaka Utara, Kab. Konawe Utara, dan Kab. Buton Utara) dan
2 buah Kota (Kota Kendari dan Kota Bau-Bau).
Geografis dan
Demografis
Letak GeografisProvinsi Sulawesi Tenggara
dilihat dari peta pulau Sulawesi di Jazirah Tenggara. Akan tetapi bila dilihat
dari sudut geografis, maka Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara terletak
di bagian Selatan garis Khatulistiwa yang memanjang dari Utara ke Selatan
diantara 3 derajat LS sampai 6 derajat LS dan
melebar
dari Barat ke Timur diantara 120045' Bujur Timur sampai 124060' Bujur Timur. Di
samping itu dari letak geografis, maka wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
mempunyai Batas-Batas di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi
selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, di sebelah Selatan berbatasan dengan
Laut
Flores. Sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda dan di sebelah
Barat Berbatasan dengan Teluk Bone Provinsi Sulawesi Tenggara yang mencakup
wilayah daratan (Jazirah) dan kepulauan memiliki wilayah seluas kurang lebih 38.140
km2. Sedangkan wilayah perairan (Laut) diperkirakan seluas kurang lebih 114.876
km2 .Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi daratan Konawe dan Kolaka. Sedangkan
kepulauan meliputi Pulau Buton dan Pulau Muna serta pulau-pulau kecil yang
tersebar di bagian Selatan dan Tenggara
Wilayah Sulawesi Tenggara, pada umumnya
memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang, dan berbukit, sedangkan permukaan
tanah pegunungan yang relatif rendah yakni sekitar 1.868.860 hektar sebagian
besar berada pada ketinggian 100- 500 meter diatas permukaan laut dengan
tingkat kemiringan
mencapai
40 derajat.Ditinjau dari sudut geologis, bantuan di Provinsi Sulawesi tenggara
terdiri atas bantuan sedimen, bantuan metamorfosis dan bantuan beku. Dari
ketiga jenis bantuan tersebut, bantuan sedimen merupakan bantuan yang
terluas
yaitu sekitar 2.878.790 hektar atau sebesar 75,47 persen. Sementara itu, jenis
tanah di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari tanah podzolik seluas
2.394.698 ha (62,79 persen), tanah mediteran seluas 839.078 ha (22,00 persen),
tanah latosol seluas 330.182 ha (8,66 persen), tanah organosol seluas 111.923
ha
(2,93
persen), tanah aluvial seluas 117.830 ha (3,09 persen), dan tanah grumosal
seluas 20.289 ha (0,53 persen).Karena wilayah daratan Sultra mempunyai Ketinggian
umumnya di bawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa
maka Prov. Sultra beriklim tropis.
Jumlah Penduduk (orang)
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
meliputi 38.140 km2. Kab. Kolaka memiliki wilayah paling luas yaitu 6.918,38
km2. Sedangkan daerah dengan luas wilayah terkecil adalah Kota Kendari yang
luasnya hanya 295,89 km2.
Dari sisi demografi, total jumlah penduduk
pada tahun 2010 sebanyak 2.232.586 jiwa. Kab. Kolaka memiliki populasi tertinggi
dengan jumlah penduduk 315.232 jiwa, sedangkan daerah dengan populasi terendah
adalah Kab. Koname Utara dengan jumlah penduduk 51.533 jiwa.
Kepadatan penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara
yaitu 58,54 jiwa/km2 yang cenderung terpusat di ibukota provinsi. Daerah dengan
kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kota Kendari sebesar 979,98 jiwa/km2,
walaupun Kota Kendari memiliki luas wilayah terkecil. Kepadatan penduduk
tertinggi setelah Kota Kendari adlaah Kota Bau-Bau dengan kepadatan penduduk
448,12 jiwa/km2.
Kab. Kolaka dengan luas wilayah terbesar di
Provinsi Sulawesi Tenggara
hanya
memiliki tingkat kepadatan penduduk 45,56 jiwa/km2 dan kepadatan
penduduk
terendah berada pada Kab. Buton Utara yaitu 27,41 jiwa/km2.
Jumlah
Sekolah, Kelas, Murid, Guru, dan Rasio Murid terhadap Guru dan Sekolah Dasar
Negeri se-Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009/2010
Untuk mengetahui ketersediaan sarana dan
prasarana pendidikan khususnya Sekolah Dasar (SD) , maka secara total di
Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat SD Negeri sebanyak 2.197 unit. Kab. Kolaka
memiliki 317 unit sedangkan Kota Bau-Bau hanya 68 unit. Berdasarkan jumlah murid
terbanyak adalah Kab. Kolaka mencapai 49.897 murid, sedangkan jumlah murid
terendah yaitu 8.668 murid di Kab. Konawe Utara. Bila dilihat seberapa daya
tampung SD, maka rasio murid/sekolah paling tinggi adalah Kab. Kolaka yaitu
413,08 murid/sekolah. Sedangkan rasio murid/sekolah terendah adalah di Kab.
Buton Utara yaitu 36,55 murid/ sekolah.
Salah satu indikator kualitas pembelajaran
yang diterima oleh murid SD adalah perbandingan antara banyaknya murid yang
harus diajar oleh setiap guru. Rasio murid/guru yang tertinggi adalah Kab.
Buton yaitu 19,16 murid/guru. sedangkan yang terendah adalah di Kab. Konawe
yaitu 10,84 murid/guru.
Angka
Melek Huruf (AMH) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009-2010
Indikator keberhasilan pendidikan di Provinsi Sulawesi Tenggara bisa dilihat dari
indikator Angka Melek Huruf (AMH) di setiap daerah. Kabupaten/Kota di Provinsi
Sulawesi Tenggara belum ada yang mencapai AMH 100%. Capaian AMH Provinsi
Sulawesi Tenggara pada tahun 2009 sebesar 91,51% dan pada tahun 2010 mengalami
peningkatan menjadi sebesar 91,85% . AMH tertingggi baik pada tahun 2009 dan
2010 adalah Kota Kendari yaitu sebesar 98,38% pada 2009 menajdi 98,60% pada
2010. Sedangkan AMH terendah adalah Kab. Buton dengan capaian AMH sebesar
85,72% pada tahun 2009 dan 86,57% tahun 2010.
Jumlah Fasilitas Kesehatan se-Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2010
Fasilitas kesehatan bagi seluruh penduduk di
Provinsi Sulawesi Tenggara didukung oleh adanya fasilitas kesehatan berupa
rumah sakit, puskesmas, polindes, poskesdes, posyandu, apotik, dan toko obat
berijin. Jumlah total rumah sakit di Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 25
buah, dimana 11 buah terdapat di Kota Kendari. Sedangkan Kab. Buton Utara, dan
Kab. Konawe Utara belum memiliki rumah sakit. Jumlah keseluruhan puskesmas di
Provinsi Sulawesi Tenggara adalah 719 buah, yang terdiri dari puskesmas plus
sebanyak 65 buah, puskesmas 175 buah dan puskesmas pembantu sebanyak 479 buah.
Kab. Muna merupakan daerah dengan jumlah keseluruhan puskesmas terbanyak yaitu
110 buah.
Jumlah polindes sebanyak 239 buah, dimana 61
buah ada di Kab. Konawe, untuk jumlah poskesdes ada 719 buah, dan terbanyak ada
di Kab. Kolaka yaitu 215 buah. Dibandingkan dengan fasilitas kesehatan yang
lain, pos posyandu tersebar cukup banyak di seluruh daerah di Sulawesi Tenggara
yaitu sebanyak 2877 buah, dimana Kab. Buton memliki posyandu terbanyak yaitu
399 buah dan Kab. Buton Utara memiliki jumlah posyandu paling sedikit yaitu 76
buah.
Jumlah apotik dan toko obat berijin yaitu 122
buah dan 155 buah. Untuk apotik, banyak terdapat di Kota Kendari sementara
untuk toko obat berijin banyak terdapat di Kab. Muna
Produk
Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (2010)
Kinerja ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara
pada tahun 2009 dan 2010 sangatlah pesat yaitu 7,57% dan 8,19%, pertumbuhan
ekonomi tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
nasional sebesar 6,10%. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh besarnya
PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010 yang mencapai 28.369,03 miliar
rupiah.
Pada dasarnya besarnya PDRB Sulawesi Tenggara
didominasi oleh empat sektor usaha yaitu pertanian yang memberikan kontribusi
terhadap PDRB sebesar 33,20%, lalu sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 18,13%, sektor jasa-jasa sebesar 12,64%, dan sektor pengangkutan dan
komunikasi 9,29%. Sedangkan kelima sektor lainnya bila diakumulasikan
memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu sekitar 28%.
Luas Panen Tanaman Bahan
Makanan Menurut Jenis Tanaman, Tahun 2010 (Ha)
Pada tahun 2010, luas panen tanaman padi
Provinsi Sulawesi Tenggara adalah 1.527.517 Ha, sedangkan luas panen tanaan
palawija hanya 52.889 Ha. Kab. Konawe merupakan daerah dengan luas panen
tanaman padi yaitu 206.426 Ha, sedangkan luas panen tanaman padi terkecil
adalah Kab. Muna yaitu 104.261 Ha. Luas panen tanaman palawija terbesar adalah
Kab. Muna yaitu 27.072 Ha, sedangkan luas panen tanaman palawija terkecil
adalah Kota Bau-Bau yaitu 394 Ha.
Jumlah
Ternak menurut Jenisnya Tahun 2010 (Ekor)
Sektor peternakan di Provinsi Sulawesi
Tenggara sebagian besar didominasi oleh budidaya ternak sapi sebanyak 266.108
ekor. Populasi ternak sapi terbanyak ada di Kab. Konawe Selatan yaitu 69.069
ekor, sedangkan yang terendah yaitu 255 ekor ada di Kota Bau-Bau. Sementara
itu, populasi ternak sapi perah dan domba tidak berkembang di Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Peternakan kambing juga cukup berkembang di
Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah populasi ternak kambing yaitu 117.819 ekor,
dimana populasi terbanyak ada di Kab. Kolaka yaitu 28.446 ekor dan populasi
terendah ada di Kota Bau-Bau yaitu 1.767 ekor.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) se-Provinsi
Sulawesi Tenggara
Tahun 2009-2010
Berdasarka data IPM tahun 2009-2010 dari BPS
maka dapat dilihat bahwa IPM Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan
dari 69,52 di tahun 2009 menjadi 70,00 di tahun 2010. IPM tertinggi pada tahun
2010 adalah Kota Kendari yaitu sebesar 75,66, sedangkan IPM terendah adalah di
Kab. Bombana dan Kab. Wakatobi yaitu 67,20. Secara umum, hanya dua daerah yang
tingkat IPM nya di atas rata-rata IPM Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kota
Kendari dan Kota Bau-Bau.
Jumlah
Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT),
Tahun
2009-2011
Berdasarkan data tingkat pengangguran dari
BPS selama tiga tahun maka dapat dilihat bahwa jumlah pengangguran meningkat
setiap tahunnya, namun TPT justru berkurang setiap tahunnya. Pada tahun 2011,
Kota Kendari merupakan daerah dengan jumlah pengangguran terbanyak dan TPT
terbesar. Sementara jumlah pengangguran
terendah dan TPT terendah adalah Kab. Buton Utara.
Jumlah
dan Persentase Penduduk Miskin se-Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2010
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan
adalah semakin berkurangnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah.
Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin
Provinsi Sulawesi Tenggara semakin berkurang dari tahun 2008-2010 Pada tahun
2010, jumlah penduduk miskin Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 331.200 jiwa ,
dimana jumlah penduduk miskin terbanyak ada di Kab. Kolaka yaitu 64.147 jiwa
dan jumlah penduduk miskin paling sedikit ada di Kab. Konawe Utara yaitu 7000
jiwa. Namun persentase penduduk miskin teringgi ada di Kab. Kolake Utara dan
persentase penduduk miskin terendah ada di Kota Kendari.
Potensi
Ekonomi dan Investasi
Sektor pertanian khususnya perkebunan di
Sulawesi tenggara yang potensinya masih menarik
dikembangkan di depan adalah kakao dan jambu mete. Berdasarkan data
tahun 2009 produksi kakao mencapai 131.830 ton dan produktivitasnya mencapai
868,89 kg/hektar, dengan jumlah petani yang membudidayakannya mencapai 149.754
orang. Sedangkan untuk komoditi perkebunan jambu mete pada tahun 2009 mencapai
30.934 ton dan produktivitasnya mencapai 341,15 kg/ hektar . Jumlah petani yang
membudidayakan mete berjumlah 100.046 orang.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)
diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Kinerja sektor tersebut dipengaruhi
oleh wisatawan dan banyaknya even berupa rapat koordinasi pemda dan pusat di
Sulawesi tenggara . Selain itu juga semakin banyak frekuensi kunjungan investor
dalam dan luar negeri untuk pemantauan potensi sektor pertambangan yang sedang
gencar dipromosikan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Sektor perikanan di Sulawesi Tenggara juga
potensial untuk terus ditumbuhkembangkan hal ini karena ditopang dengan luasnya
wilayah perairan laut yang mencapai 114,879 km2 dan dengan potensi perikanan
laut sebanyak 1.520,34 megaton dan produksi sebanyak 210,38 megaton. Sektor
pertambangan dan energi menunjukkan beberapa potensi sebagai berikut:
1. Sentra
industri semen direncanakan akan dibangun di Kab. Muna mengingat di daerah
tersebut terdapat banyak potensi gypsum dan kapur.
2. Potensi
panas bumi yaitu Lainea 60 MWE dan Mangolo 50 MWE. Tambang nikel memiliki
deposit 97,4 miliaran ton dengan penyebaran di Kab. Kolaka Utara, Kolaka,
Konawe Utara, Konawe Selatan, Konawe, dan Bombana (Pulau Kabaena). Estimasi
deposit emas 1,125 juta ton. Penyebaran
di Kab. Bombana dan Wawonii serta
beberapa kabupaten lain yang sedang diteliti.
Sementara potensi tambang lainnya adalah
pasir kuarsa 5 miliar m3, marmer
206 miliar m3, lempung 884 miliar m3, oniks 547
ribu m3, gamping 1,6 triliun m3,
dan mangan 6.000 ha di Kab. Buton. Potensi lainnya yaitu
pasir besi dan fosfat di Kab. Buton,
Kab. Konawe Utara, Kab. Konawe dan Kab.
Bombana, Kromit dengan luas penyebaran
2.000-2.500 ha, magnesit di Kab. Kolaka
Utara, Kab. Kolaka, Kab. Konawe, dan Kab. Bombana.
3.
Potensi industri biomassa
kelapa bisa dikembangkan mengingat bahan baku kelapa
banyak diproduksi. Secara rata-rata luas panen kelapa tahun 2006 hingga 2010 mencapai 36.522 hektar
Gambaran Umum
Keuangan Daerah Prov. Sulawesi Tenggara
(Terlampir Via pdf)
Kondisi Keuangan
Daerah
Indikator
Kondisi Keuangan Daerah
1.
Rasio Pendapatan Daerah / Jumlah Penduduk
2.
Rasio PAD/ Total Pendapatan Daerah
3.
Rasio Ruang Fiskal / Total Pendapatan Daerah
4.
Rasio Pajak Daerah dan Retribusi Daerah/ PDRB
5.
Rasio Belanja Modal / Total Belanja Daerah
6.
Rasio Total Pendapatan Daerah / Total Belanja Daerah
7.
Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung / Total Belanja Daerah
8.
Rasio SiLPA tahun sebelumnya / Belanja Daerah
9.
Rasio Pembayaran Pokok Hutang dan Bunga / Total Pendapatan Daerah
(Kondisi Keuangan
daerah Terlampir via pdf)
Sumber
Data
SIKD,
Kementerian Keuangan
Prov.
Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2007 – 2010, BPS
Potensi
Investasi di Prov. Sulawesi Tenggara, BKPM
www.sulawesitenggaraprov.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar