Rabu, 02 April 2014

Review Jurnal “     KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN DAN                                              LINGKUNGAN BISNIS SEBAGAI FAKTOR                                                    PENENTU PERTUMBUHAN USAHA
(Studi IKM di Sentra Kerajinan Rotan Amuntai Kab. Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan)
Edwin Cahya Ningrum Setyawati

Mata Kuliah

“ETIKA DAN LINGKUNGAN BISNIS”





OLEH :
MAKMUR SYAM
STB. B2B1 14 005

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014


Abstract
            The purpose of this research is to know the characteristic of enterpreneurial business owners, conditions of business environment and the role of the business environment in the development of industries of rattan furniture, rattan weaving and lampit in Amuntai HSU, South Kalimantan. Population in this research is all businesses in Rattan Crafts Center in Amuntai HSU South Kalimantan. Sample in this research is taken using purposive and snowbal sampling. Data collecting is done by interview, observation and documentation methods. The result showed that enterpreneurship characteristics owned by the business owners are attitude of product innovation and authenticity, the willingness to take risk in having produc diversity, and strong leadership in having harmonious relations with employees. The business owners have not yet had an attitude toward duties and maximum profit results within the internal and external business environment. Furniture and webbing rattan producers should be able to build duty-oriented attitude and an attitude towards maximum profit. They need to also be a risk-taker and a leader in facing the challenges of business world within internal and external business environment.
Intisari
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kewirausahaan pemilik usaha, kondisi lingkungan bisnis dan peran lingkungan bisnis dalam pertumbuhan industri kerajinan mebel rotan, anyaman rotan dan lampit rotan di Amuntai HSU, Kalimantan Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha di Sentra Kerajinan Rotan di Amuntai HSU Kalimantan Selatan. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara Purposive sampling dan Snowbal sampling. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kewirausahaan yang dimiliki pelaku industri mebel adalah sikap keorisinilan dalam inovasi produk, pengambilan risiko untuk melakukan diversifikasi produk dan kepemimpinan dalam membangun hubungan yang harmonis dengan karyawan namun belum memiliki sikap orientasi tugas dan hasil terhadap profit yang maksimal. Kondisi dan Peran lingkungan bisnis yang terdapat dalam usaha ini meliputi lingkungan bisnis internal dan eksternal. Perajin mebel dan anyaman rotan harus mampu membangun orientasi tugas dan hasil paska laba yang maksimal, pengambilan risiko, memiliki perilaku sebagai seorang pemimpin dalam menghadapi tantangan dunia bisnis yang diselaraskan dengan lingkungan internal dan eksternal bisnis.
PENDAHULUAN

Salah satu sentra kerajinan rotan terbesar di daerah Kalimantan terpusat di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu daerah di kota Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). Barangbarang tradisional yang biasa diproduksi di kota ini berupa kerajinan fungsional khas desa, seperti alat tangkap ikan tradisional lukah dan jambeh, nyiru, tanggui (caping khas banjar), lanjung (tas khas dayak), dan takitan (bakul untuk panen), kerajinan tikar, topi, kipas, dan anyaman lainnya. Sedangkan produk kerajinan bergaya modern didominasi oleh kerajinan berbahan baku rotan, seperti lampit, kotak tisu, kursi malas, sketsel pintu, dan beraneka jenis anyaman lainnya.
            Dilihat dari perkembangan Industri rotan pada tahun 2009-2010, sentra industri kerajinan rotan kota Amuntai HSU Kalsel terdapat fluktuasi pertumbuhan usaha, dimana terdapat industry kerajinan mebel dan anyaman rotan yang mengalami pertumbuhan unit usaha dan tenaga kerja namun tidak dibarengi dengan adanya pertumbuhan nilai produksi. Berarti terdapat suatu masalah didalamnya yang menyebabkan pertumbuhan nilai produksi dari dua jenis industry kerajinan rotan tersebut tidak meningkat. Sedangkan bagi industri kerajinan lampit rotan terjadi pertumbuhan nilai produksi yang sangat signifikan namun tidak terjadi pertumbuhan unit usaha dan tenaga kerjanya. Harapannya sebuah industri dapat mencapai suatu pertumbuhan usaha secara menyeluruh baik dalam hal peningkatan nilai produksi, pertumbuhan tenaga kerja, asset dan lainnya.

TUJUAN DAN FENOMENA EMPIRIS
            Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kewirausahaan pemilik usaha, kondisi lingkungan bisnis dan peran lingkungan bisnis dalam pertumbuhan industri kerajinan mebel rotan, anyaman rotan dan lampit rotan di Amuntai HSU, Kalimantan Selatan.
            Karakteristik Kewirausahaan merupakan kualitas atau sifat yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian, intergrasi atau sintesis dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu atau kesatuan dan kepribadian seseorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis dan moral. Sementara sikap kewirausahaan adalah sikap seseorang yang mempunyai n-ach yang tinggi dari kehidupan sehari-hari atau ciri-ciri sikap seorang wirausaha (Faisal, 2002).

TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU

            Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritasmerupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
Kinerja UKM didukung oleh karakteristik kewirausahaan dan sikap kewirausahaan yang yang dimiliki oleh  pengusaha. Semua itu merupakan hakekat dari kewirausahaan yang harus ada pada UKM. Kao et al. (dalam Saiman, 2009) mengatakan bahwa kewirausahaan adalah usaha untuk menciptakan nilai melalui kesempatan bisnis manajemen, pengambilan risiko yang tepat dan melalui keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia, uang dan bahan-bahan baku atau sumber daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek supaya terlaksana dengan baik. Untuk melaksanakan proyek dengan baik diperlukan karakteristik dan sikap kewirausahaan yang mendukung sehingga usaha yang dilakukan berjalan dengan lancar.
            Dalam kenyataannya, perusahaan itu merupakan sebuah produk dari beberapa lingkungan. Sedangkan untuk mempertahankannya, perusahaan harus dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang berubah-rubah. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di luar organisasi (Robbins, 1994). Lingkungan tidak sebatas lingkungan, namun terdapat lingkungan eksternal, lingkungan industri dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal terdiri dari unsurunsur yang berada di luar organisasi, yang relevan terhadap kegiatan organisasi itu (Stoner, 1996). Lingkungan industri memiliki pengaruh yang lebih langsung terhadap daya saing strategis dan laba di atas rata-rata. Intensitas persaingan industri dan potensi laba industri merupakan fungsi dari lima kekuatan kompetitif dan lingkungan internal ini dimungkinkan untuk dikendalikan oleh para pelaku bisnis, sehingga dapat diarahkan sesuai dengan keinginan perusahaan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan usaha. Menurut Suprapto (dalam Setiawan, 2010) pertumbuhan perusahaan adalah peningkatan ukuran usaha dan adanya ekspansi operasi perusahaan melalui pengelolaan kekuatan yang ada dalam perusahaan dalam kurun waktu tertentu

METODE PENELITIAN
A.   Populasi dan Sampel
            Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha di Sentra Kerajinan Rotan di Amuntai HSU Kalimantan Selatan, Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis penelitian alitatif diskriptif. Tipe penelitian diskriptif merupakan metode penelitian yang memaparkan atau menjelaskan bagaimana karakteristik kewirausahaan dan lingkungan bisnis Industri kecil dan Rumah Tangga kerajinan rotan di kota Amuntai sebagai faktor penentu Perkembangan usaha mereka.
            Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara Purposive sampling dan Snowbal sampling. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasiDalam penelitian ini penulis berusaha menganalisis karakteristik kewirausahaan para pemilik  industri kecil dan rumah tangga kerajinan rotan Amuntai Kalimantan Selatan dalam mengelola usaha kerajinan rotan dan menganalisis serta memaparkan gambaran mengenai lingkungan bisnis di sentra kerajinan rotan di Amuntai baik secara internal maupun eksternal.
B.   Peralatan Analisis
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Amuntai yang merupakan ibukota kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan. Objek penelitian ini adalah Sentra Kerajinan Rotan. Anyaman rotan yang bertempat di kecamatan Haur Gading, Lampit rotan di kecamatan Amuntai Tengah dan mebel rotan di kecamatan Haur Gading. Data dianalisis menggunakan Analisis SWOT.

HASIL
            Penelitian ini akan mendeskripsikan temuan penelitian dalam tiga bagian, yaitu yang pertama adalah profil perajin dan sejarah perkembangan usaha, karakteristik kewirausahaanyang dimiliki oleh perajin dalam pertumbuhan industri serta kondisi dan peran lingkungan bisnis dalam pertumbuhan industri perajin baik secara internal maupun eksternal. Jenis industri rotan yang menjadi obyek dalam penelitian ini meliputi tiga jenis yaitu industry mebel rotan, anyaman rotan Amuntai dan lampit rotan Amuntai. Wawancara dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 6 perajin. Adapun profil dan sejarah perkembangan usaha dari 6 informan diuraikan berikut ini.
            Informan pertama merupakan perajin mebel rotan dengan skala industri kecil. Pertumbuhan industri nya mulai berkembang sejak tahun 1992-1995, tahun 1995-1998 mulai mengalami krisis dan terpaksa harus memberhentikan beberapa pekerja sehingga mengalami penurunan produksi dari 20 set/minggu saat ini hanya mencapai 7 set/minggu. Untuk saat ini beliau memiliki 5 orang pekerja dengan hasil produk berupa mebel rotan (aneka kursi dan meja rotan) dan rata-rata harga sekitar Rp. 200.000 s/d Rp. 400.000 per item. Produk yang dihasilkan dipasarkan pada Lokal Amuntai dan Lokal Kalimantan dengan cara dijual sendiri maupun melalui pengumpul/pedagang perantara.
            Informan kedua merupakan perajin mebel rotan pada skala mikro. Pertumbuhan industrinya mulai berkembang sejak tahun 1986-1995, tahun 1995 mulai mengalami krisis dan mengalami penurunan produksi dari 10-15 set/minggu saat ini hanya mencapai 3-4 set/minggu. Untuk saat ini beliau memiliki 3 orang pekerja termasuk pemilik dengan hasil produk berupa mebel dan furniture Rotan lainnya dengan harga jual berkisar Rp 20.000 s/d Rp 30.000 per item. Produk yang dihasilkan dipasarkan pada area pemasaran meliputi lokal Amuntai dan regional Kalimantan.
            Informan ketiga merupakan perajin anyaman rotan pada skala mikro. Informan ini memulai usaha sejak tahun 1997, namun pertumbuhan positif terlihat sejak tahun 2010-2012 dengan produksi yang meningkat dari 3-5 kodi/minggu saat ini mampu menghasilkan +- 15 kodi / minggu. Saat ini usaha ini memiliki 1 pegawai tetap dan 3-4 orang tenaga kerja tidak tetap dengan produk yang dihasilkan berupa adalah aneka anyaman rotan dengan harga produk berkisar Rp.80.000 – Rp.200.000 per item. Produk ini dipasarkan pada area pemasaran meliputi lokal Amuntai dan regional Kalimantan yang dijual sendiri maupun melalui pengumpul/pedagang perantara Informan keempat dan kelima merupakan perajin anyaman rotan pada skala mikro. Usaha ini hanya mampu untuk bertahan sebagai peyangga ekonomi keluarga. Tiap minggunya hanya menghasilkan 2-10 kodi. Usaha ini dijalankan oleh keluarga inti yang berjumlah 2-5 pekerja. Produk yang dihasilkan berupa Anyaman rotan (Keranjang Parcel) dan dipasarkan pada local Amuntai dan lokal Kalimantan melalui pengumpul/pedagang.

PEMBAHASAN      
            Dalam analisis SWOT Pada Industri Mebel dan Anyaman Rotan Amuntai, karakteristik kewirausahaan pelaku industri lampit dan lingkungan bisnis internal industri lampit Rotan Amuntai mempunyai beberapa kekuatan (strength) yaitu sikap kewirausahaan yang menjadi kekuatan pada diri pelaku industri mebel rotan Amuntai yang meliputi keorisinilan dalam inovasi produk, pengambilan risiko untuk melakukan diversifikasi produk dan kepemimpinan dalam membangun hubungan yang harmonis dengan karyawan. Sedangkan lingkungan bisnis internal yang menjadi kekuatan pada industri mebel dan anyaman rotan Amuntai adalah tenaga kerja, karakteristik kewirausahaan dan lingkungan bisnis internal industri mebel.
Anyaman Rotan Amuntai mempunyai beberapa kelemahan (weakness) yaitu sikap kewirausahaan yang menjadi kelemahan pada diri pelaku industri mebel dan anyaman rotan Amuntai antara lain adalah orientasi tugas dan hasil yang berorientasi pada pencapaian laba yang maksimal, sikap yang energik dan inisiatif, kepemimpinan yang mengarah pada menyusun sasaran usaha dan mencapainya serta mampu memotivasi karyawan untuk memberikan ide/saran dalam usahanya dan memiliki pandangan masa depan. Sedangkan lingkungan bisnis eksternal yang menjadi kelemahan pada industri mebel dan anyaman rotan Amuntai yakni orientasi tugas dan hasil untuk mencapai laba maksimal, kepemimpinan yang membangun hubungan yang harmonis pada karyawan, dan memiliki orientasi ke masa depan. Sedangkan lingkungan bisnis internal yang menjadi kekuatan pada industri lampit rotan Amuntai yakni ketersediaan modal, penggunaan mesin dalam produksi dan tenaga kerja.
Adapun beberapa peluang (oppurtunities) yang teridentifikasi dalam lingkungan bisnis internal dalam industri mebel dan anyaman rotan Amuntai yaitu perwakilan pemerintah, lembaga keuangan, pasar. Adapun ancaman yang ditimbulkan dari lingkungan eksternal industri mebel dan anyaman rotan

KETERBATASAN PENELITIAN

            Berdasarkan hasil wawancara dengan Bidang UKM Dikuperindag HSU tahun 2011 telah mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi oleh para perajin rotan di Amuntai. Kendala-kendala tersebut antara lain adalah lemahnya tingkat SDM para perajin dan lemahnya organisasi serta kesatuan para perajin rotan sehingga terkesan berjalan sendiri-sendiri. Selain itu, para perajin masih belum mampu memanfaatkan kemajuan informasi dan teknologi khususnya dalam hal penggunaan media teknologi untuk memasarkan produk yang mereka miliki serta teknologi dalam penggunaan peralatan produksi yang modern.
Lemahnya daya saing produk yang dihasilkan oleh para perajin sehingga produk yang dihasilkan terkesan monoton (kurang kreatifitas atau diversifikasi produk), sehingga desain dan sentuhan teknologi yang digunakan sulit mengakses pasar regional maupun internasional. Kelemahan lainnya adalah kesulitan dalam mengakses kebutuhan bahan baku rotan sehingga menyebabkan banyak perajin yang gulung tikar dan beralih untuk menggunakan bahan baku lain seperti bambu,
kayu, aluminium dan lain sebagainya. Para perajin rotan juga mengeluhkan kurangnya modal yang mereka miliki, para perajin hanya tergantung pada modal internal bahkan kebanyakan dari perajin meminjam dana pada pengumpul (pembeli produk) sehingga harga ditentukan oleh pengumpul disebabkan tidak dapat mengakses kredit dari bank maupun lembaga keuangan lainnya dengan banyaknya persyaratan yang ditentukan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Karakteristik kewirausahaan yang dimiliki oleh pelaku industri mebel, anyaman dan lampit rotan di Sentra kerajinan rotan Amuntai memiliki kecenderungan yang sama yakni mereka memiliki sikap keorisinilan dalam inovasi produk, pengambilan risiko untuk melakukan diversifikasi produk dan kepemimpinan dalam membangun hubungan yang harmonis dengan karyawan namun belum memiliki sikap orientasi tugas dan hasil terhadap profit yang maksimal hanya sebatas pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pengambilan risiko, pandangan akan masa depan dan belum memiliki sikap kepemimpinan yang mengarah pada tujuan dan melibatkan karyawan untuk memberikan saran/ide pada usahanya.
Karakteristik kewirausahaan perajin lampit yaitu memiliki sikap orientasi tugas dan hasil pada profit yang maksimal tidak hanya pada orientasi bertahan hidup serta pandangan ke masa depan. Namun belum memiliki sikap kepemimpinan yang mengarah pada tujuan dan melibatkan karyawan untuk memberikan saran/ide pada usahanya dan sikap pengambilan risiko dalam hal keuangan. Lingkungan internal menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan industri mebel dan anyaman rotan. Lingkungan internal bisnis yang menghambat pertumbuhan industri kerajinan rotan di Amuntai adalah supplai bahan baku dan kestabilan harga bahan baku modal, dan penggunaan peralatan produksi.
Kekuatan lingkungan bisnis eksternal yang mengancam pertumbuhan industri mebel dan anyaman rotan di Amuntai yaitu Pemasok, Produk substitusi, Pendatang baru, Pesaing dan Perantara. Sedangkan kekuatan lingkungan bisnis eksternal yang memberikan peluang pada pertumbuhan industri mebel dan anyaman rotan yaitu faktor Perwakilan pemerintah dan lembaga keuangan, Pasar, pembeli atau konsumen akhir. Lingkungan eksternal bisnis lampit rotan yang mengancam pertumbuhan dalam industry lampit rotan di Amuntai yaitu pemasok, pesaing , produk substitusi. Kekuatan lingkungan bisnis eksternal yang memberikan peluang pada pertumbuhan industri lampit rotan yaitu Pembeli,
Peran pemerintah, dan lembaga keuangan. Perajin rotan masih belum dapat mengidentifikasi kekuatan ancaman dan peluang dari lingkungan eksternal bisnis. Sehingga masih belum mampu memanfaatkan beberapa peluang yang ada dan menghindari atau mengantisipasi ancaman yang datang dari lingkungan eksternal.
Saran yang dapat diajukan adalah bahwa Pemerintah Daerah/Dikuperindag Amuntai hendaknya mampu mengindentifikasi karakter dari UMKM sentra kerajinan rotan untuk melihat permasalahan yang ada dan mencari solusi yang tepat. Seperti melakukan follow up dan pendampingan terhadap perlatihan pengembangan SDM yang sudah diberikan untuk meningkatkan karakteristik kewirausahaan perajin.

DAFTAR PUSTAKA
Faisal. 2002. Kalau Begitu, Saya Berani Berwirausaha. Jakarta: Bina Rena Pariwara.

Robbin, Stephen P. 1994. Organization Theory, Structure, Design, and Application.           Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Saiman, Leonardo. 2009. Kewirausahaan, Teori, Praktik dan Kasus-Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Setiawan, Peter. 2010. Entrepreneurial Orientation pada Industri Kreatif di Jawa    Timur danPengaruhnya terhadap Pertumbuhan Perusahaan. Skripsi.     Universitas Kristen Petra. http://digilib.petra.ac.id/viewer...industri_kreatif-chapter2.pdf. 13    Maret 2012.


Stoner, James A.F. 1996. Manajemen (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar